hidup saya adalah kopi
kepahitan mencuat menjadi jeruji
di ambang mulutnya, saya disesap waktu
lambat laun menjelma ampas yang membatu
terkadang saya ingin beriak
menuang hujan dalam gemuruh teriak
namun langgam ini sudah mulai berserak
yang menyisa hanyalah lumut dan kerak
saya mati di ujung utara
tepatnya di depan kacamata yang patah
hanya hidup dalam untai aksara dan kata-kata nan acak
lebih sering menudung lara di balik sulaman tawa
Tinggalkan Balasan