Tidak Bisa Makan

Prompt: Boneka Jerami

Biru angkasa, hijau hamparan, dua warna jelmaan Dyaus dan Sri berpadu dalam satu lanskap sorotan yang cukup menyenangkan bagi para burung yang berterbangan ke sana dan ke mari demi menggapai pangan dan mencapai kepuasan.

“Ayo bergegas ke sawah Pak Tono! Butiran padinya sudah membesar!” Satu komando untuk mengerahkan sepasukan burung diserukan. Di telingaku dan telingamu, hanya akan terdengar cericit indah yang kita sebut sebagai nyanyian.

Koloni burung emprit terbang membelah bumantara untuk melihat-lihat keadaan. Sepertinya Pak Tono si petani tengah beristirahat dan santap siang di saung dengan tenang. Akan tetapi, di sela-sela hamparan padi menggiurkan, ada sosok-sosok tegap yang berdiri menghadang.

“Harap siaga, harap siaga! Ada lima mahluk asing di koordinat lima koma tiga koma minus delapan. Naik!” Teriakan komando diserukan lagi, membikin koloni burung otomatis kembali meliuk ke angkasa. Sang komandan, yang berbulu paling lebat memandangi sosok-sosok asing dengan pandangan penuh selidik. Selama semenit mereka terbang mengitari langit sambil mengawasi.

“Perhatikan, Komandan!” Seru salah satu dari barisan tengah. “Objek tidak punya pergerakan pasti dari tadi, ganti.”

Sang komandan menajamkan penglihatan. Memang betul, sudah berlalu dua menit dan sosok itu masih diam.

“Kita mendekat, tapi jaga jarak. Kalau objek bergerak, segera naik!” Titahnya.

Kembali, koloni burung emprit itu turun, kali ini dengan laju yang lebih lambat dan penuh kewaspadaan. Tidak ada pergerakan. Merasa aman, mereka memilih lebih dekat lagi sampai nyaris menyentuh puncak tanaman padi. Begitu paruh-paruh hendak mematuk, sosok-sosok aneh tetapi berbusana seperti manusia itu bergerak dan mengeluarkan suara aneh, membikin sekumpulan burung terbang kocar-kacir.

“Oh Dewa, makhluk apa itu? Bikin kaget saja.” Mereka bertanya-tanya.

Sang komandan berkata, “Entahlah. Mereka seperti manusia tetapi seperti bukan manusia. Ah, bingung menjelaskannya. Pokoknya kita pulang saja. Hari ini kita tak dapat jatah. Aduh, picik sekali Pak Tono itu. Dia asyik makan, lalu menyuruh anak buahnya mengganggu kita makan.”

Iklan

Tinggalkan Balasan

Please log in using one of these methods to post your comment:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s