Prompt: New Chapter
Jumlah Kata: 500
Langkahnya menjauh dari drum tua yang keropos dan telah lama berganti fungsi. Dari penampung air menjadi penampung api pembakaran sampah.
Telah dia tinggalkan tangisan seorang anak remaja yang diputuskan kekasih brengseknya, dalam lembar diary yang perlahan menyerpih jadi abu, dan bertebangan bersama kepulan asap kehitaman.
“Menjadi seseorang yang galauan ternyata tidak seru. Aku harus melampiaskannya di kehidupan selanjutnya.”
Dan terjunlah dirinya ke dalam lautan. Buih menyebar bersamaan dengan ayunan kakinya yang lama kelamaan kehilangan daya. Amalia, gadis remaja itu, akan dikenal sebagai seseorang yang saking galaunya diputuskan kekasih, akhirnya sampai nekat máti bùnùh diri.
Akan tetapi, dia yang sebenarnya masih akan tetap hidup. Terbukti setelah beberapa menit berlalu, dan seseorang mendesak keluar dari tubuh yang mulai menggembung. Kakinya yang terayun berubah menjadi ekor keemasan yang cantik.
Kini dia adalah Belina, putri kerajaan duyung. Terbang menyatroni sudut lautan, menggoda para lelaki dan menjerat mereka dengan suaranya yang jernih.
Seorang lelaki yang kebetulan berdiri di tepi jurang mulai terhipnotis. Kesadaran sirna dari mata dan kepalanya, hingga turut dia terjunkan diri ke lautan. Berbaur bersama ombak. Direnggut Belina untuk dia santap bersama kawanannya.
Rupanya lelaki itu menyimpan kesumat. Kendati tubuhnya lenyap dicabik-cabik koloni duyung, jiwanya yang mengangkasa menyumpah serapah. Akan dia buru seseorang di balik Belina sampai akhir hayatnya. Maka dijelmakanlah dirinya sebagai seorang pemburu ikan, yang mengebom seisi lautan hingga Belina tewas tercabik-cabik.
“Terlalu berbahaya. Hidup di lautan juga membosankan.”
Bangkai Belina teronggok di daratan, menjadi bahan pembicaraan publik lima hari lima malam. Mereka tidak tahu bahwa seseorang yang pernah menjadi Belina kini telah menjelma perempuan berpenampilan rapi yang tayang di televisi, memberitakan kematian wujud lamanya dengan raut disedih-sedihkan. Di sudut bawah layar kaca, tertera identitas barunya: Chandrina – Pembaca Berita.
Berita selanjutnya turut disuarakannya dengan jernih dan percaya diri. Penangkapan seorang koruptor kelas kakap. Pembantaian satu keluarga di ibukota oleh oknum tentara. Hingga naiknya harga bahan makanan yang membuat warga mengutuk pemerintah.
Berita terakhir menyusupkan ide baru ke kepalanya.
“Akan lebih enak menjadi yang diberitakan ketimbang yang memberitakan.”
Bersamaan dengan tuntasnya siaran langsung televisi, Chandrina ambruk dari kursinya dan dikerubuti seluruh kru yang bertugas. Serangan jantung akan menjadi alasan kematiannya, sementara ia yang sebenarnya kini membuka pintu studio dan keluar dengan penampilan berbeda.
Blitz kamera tumpah ke tubuhnya. Wartawan mengerubuti seperti lalat mencium bangkai. Senyum meringkus bibir berwarna darahnya, bangga akan identitasnya kini. Deviana, calon presiden Republik Imajinasia.
“Saya akan wujudkan Imajinasia yang lebih jaya daripada sekarang ini. Mata uang kita akan menguat di mata internasional, dan harga bahan pangan akan stabil. Pilihlah saya.”
Tayangan itu ditonton seorang detektif payah yang duduk di balik kursi kerja. Kesumat yang melandasnya sejak kehidupan sebelumnya masih mengendap, membuatnya meremas gelas plastik yang tadinya berisi kopi. Seseorang yang pernah menangis sehabis ia putuskan, menjebaknya terjun ke lautan, dan dibomnya sampai måti membusuk, tidak boleh hidup dalam keistimewaan.
“Tidak akan kubiarkan kau hidup bahagia. Akan kukulik semua topengmu, perempuan laknat.”
•••
Keesokan harinya, nama Deviana menjadi topik terpanas yang diobrolkan di grup roleplay-nya. Inti semua beritanya demikian: Deviana si Calon Presiden, ternyata adalah Amalia, Belina, dan Chandrina.