SEJAK KETAHUAN MERUNDUNG Alpha di masa lalu, Beta kehilangan kedamaian hidup. Ujaran kebencian tetangga menghujaninya tanpa ampun. Tiap malam, tidurnya pun tak tenang, lantaran genteng dilempari butir kerikil yang bukan cuma satu dua.
Gangguan tak hanya datang dari dunia nyata. Di dunia maya pun, media sosialnya harus dinonaktifkan lantaran ribuan kata hinaan meluncur ke kotak masuknya laksana badai.
Salah satu akun yang melontarkan kebencian adalah milik Gama.
Tulisnya demikian:
“Dasar orang jahat! Mulutmu harimaumu! Apa yang kautanam itulah yang kautuai! Kaupikir hidupmu sesempurna apa sampai menghina Alpha? Jabingan! Diabad! Enyah saja kau ngabsat!”
Lalu kalender dibalik sebab tahun berganti. Segala apa yang terjadi di masa lalu tertinggal di balik punggung. Namun, rekam jejak digital terlalu angkuh hingga menciptakan anomali. Kemudian seseorang memungut sampah-sampah yang telah lama dilupakan, dan memosting berita fenomenal yang mengguncang hidup Gama.
“Rupanya Gama pernah jadi perundung! Dia salah satu yang menyebabkan Beta menghabisi nyawa sendiri! Dasar pem-bu-nuh!”
Sejak itu, Gama kehilangan kedamaian hidup. Ujaran kebencian tetangga menghujaninya tanpa ampun. Tiap malam, tidurnya pun tak tenang, lantaran genteng dilempari butir kerikil yang bukan cuma satu dua.
Gangguan tak hanya datang dari dunia nyata. Di dunia maya pun, media sosialnya harus dinonaktifkan lantaran ribuan kata hinaan meluncur ke kotak masuknya laksana badai.
Salah satu akun yang melontarkan kebencian adalah milik Lambda.
Tulisnya demikian:
“Dasar orang jahat! Mulutmu harimaumu! Apa yang kautanam itulah yang kautuai! Kaupikir hidupmu sesempurna apa sampai menghina Beta? Jabingan! Diabad! Enyah saja kau ngabsat!”
[Seseorang diam-diam mengamati. Putaran dan pengulangan ini memicu ledakan tawanya dari dalam kegelapan.
“Semua manusia sama saja,” gumamnya, lantas lenyap dilahap gema suara sendiri.]
Diikutsertakan dalam Gerakan Rutin Menulis 30 Hari (Gerimis30Hari) Ellunar Publish.