Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Ayo mulai

The Women : Felicities

KETIKA BEBERAPA PEREMPUAN di zaman klasik dari berbagai latar belakang dikumpulkan, mereka membicarakan soal harapan mereka dan bagaimana mereka melaluinya dengan hunjaman penghakiman.

Kopi Telaga

Di tepi telaga, seorang lelaki mengais biji-biji kopi masa lalu dari senja yang melarung bersama abu istrinya.

Tukar

Kedua perempuan dengan nasib berbeda lantas dipermainkan tangan takdir segera setelah mereka menyeberangi dunia.

Teh Bulan

Masih segar dalam ingatanku, malam itu, kauseduh rembulan dalam air laut dan kausuguhkan padaku mesra.

Ikan

Perempuan itu iri pada ikan yang bebas berenang-renang tanpa perlu uang. Ketika ikan mengajaknya ikut serta, dia merasa seperti pulang.

Awas

Sepasang mata yang mengintip di tengah kesunyian malam itu kutahu adalah milikmu. Milikku. Demi bisa lahir baru, kuenyahkan engkau bersama abu.

Nama

Sejauh mana kita hendak terbang? Sementara di tepian tebing, bisa kita lihat seorang lelaki tua menggelandang dan terbuang.

Pulang

Demi mengantarkan mentari pertama pulang ke haribaan, kau rela menanggung beban seberat dunia.

Parasit

Jangan jadi pundak tempat bersandar bisa kau pun mencariku sebagai pundak untuk kau bersandar.

M(b)ual

Menu Malam Ini: Sepotong Janji Palsu dan Basa-basi. Kemualan dan kemuakanmu membuatmu memilih untuk tidak bisa makan selamanya.

Tawa

Empat kota tua dipelintir jadi satu rumah. Engkau menyinggahinya saat jauh malam; saat kesadaran jatuh dimakan lelap.

Buat situs web atau blog di WordPress.com

Atas ↑